BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang Masalah
Penelitian merupakan
suatu cara untuk mendapatkan jawaban-jawaban dari sebuah fenomena dan
permasalahan yang muncul. Hingga pada akhirnya dengan penelitian jawaban yang
didapatkan menjadi acuan dan rekomendasi untuk memecahkan masalah. Dalam dunia
pendidikan, permasalahan muncul seiring dengan dinamisasi kehidupan dalam
konteks pembelajaran. Keadaan ini menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat
pendidikan untuk dapat memecahkan masalah-masalah tersebut salah satunya dengan
jalan penelitian.
Hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil
penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus
“divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan.
Selanjutnya Sugiyono (2010:306) mengungkapkan bahwa :
“Peneliti
kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
membuat kesimpulan atas temuannya.”
Dari pernyataan tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa peneliti memegang peranan yang sangat penting dalam
proses penelitian. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan
dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya,
hasil yang diharapkan semuanya belum jelas Oleh karena itu peranan
peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan instrument kunci atau bisa
dikatakan “the researcher is the key
instrument”.
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln and Guba dalam Sugiyono
(2010: 306) menyatakan bahwa :
“The instrument of choice in
naturalistic inquiry is the human. We shall see that other forms of
instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is
the initial and continuing mainstay. But if the human isntrument has been used
extensively in earlier stages of inquiry, so that an instrument can be
constructed that is grounded in the data that the human instrument has
product”.
Selanjutnya Nasution
dalam Sugiyono (2006) menyatakan :
“Dalam penelitian kualitatif,
tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian
utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang
pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang
digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan
sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas
itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat
satu-satunya yang dapat mencapainya”.
Berangkat dari pemamparan
diatas permasalahan dalam penentuan Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data dalam
metode penelitian kualitatif, ditentukan oleh peneliti itu sendiri. Dalam
makalah ini akan mencoba untuk membahas mengenai Instrumen dan Teknik
Pengumpulan data Metode kualitatif.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas sebagai calon peneliti pada umumnya masih belum memahami permasalahan instrumen dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif. Pada pembahasan makalah ini diungkapkan permasalahan instrumen dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yang secara terperinci diuraikan
sebagai berikut:
1. Instrumen
apa saja yang diperlukan dalam pengumpulan data, khususnya dalam penelitian
kualitatif ?
2. Teknik
pengumpulan data apa saja yang diperlukan dalam penelitian kualitatif ?
3. Mengapa
triangulasi lebih disarankan penggunaannya dalam penelitian kualitatif
dibandingkan teknik pengumpulan data lainnya?
C. Tujuan Pembahasan
Tulisan singkat ini bermaksud
memberikan ilustrasi nyata tentang instrumen dan teknik pengumpulan data dalam
penelitian kualitatif, yang secara terperinci dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Menguraikan
secara terperinci instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan data.
2. Menguraikan
secara terperinci teknik-teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif,
kelebihan dan kelemahannya masing-masing.
3. Menjelaskan
secara singkat perlunya penggunaan teknik triangulasi dalam penelitian
kualitatif.
D. Manfaat Hasil Pembahasan
Penulis mengharapkan
hasil dari pembahasan ini dapat
dimanfaatkan oleh para pelaksana pendidikan secara umum dan khususnya bagi
penulis. Permasalahan penelitian dinegara
kita khususnya dibidang pendidikan masih sangat kompleks, antara lain minimnya
pemahaman, pengetahuan dan prosedur penelitian itu sendiri. Mudah-mudahan
makalah yang penulis susun dapat digunakan sebagai salah
satu referensi dan tambahan keilmuan bagi praktisi pendidikan. Akhirnya penulis
mengharapkan para pengguna dapat memanfaatkan hasil dari pembahasan sebagai
salah satu solusi dalam permasalahan penelitian
pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Instrumen Penelitian
Dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas hasil penelitian yaitu, kualitas instrument penelitian,
dan kualitas pengumpulan data (Sugiyono:2010). Menurut
Nasution dalam Sugiyono (2010) peneliti
sebagai intrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi
terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna
atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
c. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
d. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
g. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau
angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat
dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang
dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh,
yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain,
bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan
tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
2. Teknik Pengumpulan Data
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan.
Marshall & Rossman, dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researches for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing document review”
Marshall & Rossman, dalam Sugiyono (2010) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researches for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing document review”
Secara
umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data dalam metode kualitatif
diantaranya, observasi, wawancara, dokumentasi, dan gabungan /triangulasi. Dari
keempat macam teknik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
MACAM
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
|
OBSERVASI
|
WAWANCARA
|
DOKUMENTASI
|
TRIANGULASI/
GABUNGANULASI/G
|
a. Pengumpulan Data dengan Observasi
1) Macam-macam Observasi
Nasution dalam Sugiyono (2006)
menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang
diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan
berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil
(proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat
diobservasi dengan jelas.
Marshall dalam Sugiyono (2006)
menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and
the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar
tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.
Faisal dalam Sugiyono (2010:310) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi
berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan
dan tersamar (overt observation dan covert observation), dan observasi yang tak
berstruktur (unstructed observation). Stainback dalam Sugiyono
(2010:310) menggolongkan observasi menjadi empat,
yaitu pasive participation, moderate
participation, active participation, dan complete participation. atau partisipasi pasif,
pasrtisipasi moderat, observasi yang terusterang dan samar, dan observasi yang
lengkap.
a) Observasi partisipatif
Dalam observasi ini, peneliti
terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Stainback
dalam Sugiyono (2010:311) menyatakan
“In participant observation, the
researcher observes what people do, listent to what they say, and participates
in their activities” Dalam obeservasi paarticipatif, peneliti mengamati apa
yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi
dalam aktivitas mereka.
Observasi ini dapat digolongkan
menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang
terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap.
v
Partisipasi pasif : peneliti datang di tempat kegiatan
orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
v
Partisipasi moderat : terdapat keseimbangan antara
peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar.
v
Partisipasi aktif : peneliti ikut melakukan apa yang
dilakukan oleh nara sumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap.
v
Partisipasi lengkap : peneliti sudah terlibat
sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan sumber data.
b) Observasi terus terang atau
tersamar
Peneliti dalam melakukan pengumpulan
data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau
tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang
dicari merupakan data yang masih dirahasiakan.
c) Observasi tak terstruktur
Observasi tidak terstuktur adalah
observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan
diobservasi. Peneliti akan melakukan penelitian pada suku terasing yang belum
dikenalnya, maka peneliti akan melakukan observasi tidak terstruktur.
2) Manfaat Observasi
Menurut Patton dalam Sugiyono (2010:313),
dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut :
a) Dengan
observasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam
keseluruhan situasi sosial. Jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik
atau menyeluruh.
b) Dengan
observasi maka akan diperoleh pangalaman langsung sehingga memungkinkan
peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengarugi oleh konsep
atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan
penemuan atau discovery.
c) Dengan
observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang kurang atau tidak diamati
orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah
dianggap “biasa’ dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.
d) Dengan
observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
diungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin
ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga
e) Dengan
observasi, peneliti dapat menemukan hal-hal yang di luar persepsi responden,
sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.
f) Melalui
pengamatan di lapangan, peneliti tidak hanya mengumpulkan data yang kaya,
tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, dan merasakan suasana/ situasi
sosial yang teliti.
3) Obyek Observasi
3) Obyek Observasi
Obyek penelitian dalam penelitian
kualitatif yang diobservasi menurut spradley dinamakan situasi sosial, yang
terdiri atas tiga komponen yaitu place
(tempat), actor (pelaku), activities (aktivitas).
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu aktivities atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
Place, atau tempat di mana interkasi dalam situasi sosial sedang berlangsung. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu aktivities atau kegiatan yan dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung.
4) Tahapan Observasi
Menurut Spradley dalam Sugiyono (2010:315) tahapan observasi ada tiga yaitu;
1) Observasi
deskriptif
2) Observasi
terfokus
3) Observasi
terseleksi
a) Observasi deskriptif
Observasi deskriptif dilakukan
peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai obyek penelitian.
Penelitian menghasilkan kesimpulan pertama. Peneliti melakukan analisis domain,
sehingga mampu mendeskripsikan terhadap semua yang ditemui
b) Observasi terfokus
Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk difokuskan aspek tertentu. Peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus, peneliti selanjutnya menghasilkan kesimpulan-kesimpulan.
c) Observasi terseleksi
Pada tahap ini peneliti telah menguraikan focus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Peneliti telah menemukan karakteristik kontras-kontras atau perbedaan dan kesamaan antarkategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori yang lain dengan cara melakukan analisis komponensial terhadap fokus.
b.
Pengumpulan data dengan wawancara/interview
Esterberg dalam Sugiyono (2010:317) mendefinisikan interview sebagai berikut. ‘ a meeting of two persons to exchange
information and idea through question and responses. Resulting in communication
and joint construction of meaning abaut a particular topic”. Wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Stainback
dalam Sugiyono (2010:317)
mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to
gain a deeper undersuntding of how the participant interpret a situation of
phenomenon than can be gained through observationalon. Jadi dengan
wawancara, maka peneliti mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang
partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana
hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Selanjutnya Esterberg dalam Sugiyono
(2010:318) menyatakan bahwa “interviewing is at the heart of
social researct. If you look through almost any sociological journal. You will
find that much social research is based on interview, either standardized or
more in-depth”. Interview merupakan hatinya penelitian sosial. Bila
Anda lihat dalam ilmu sosial, maka akan Anda temui semua karena itu pewawancara
perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat
kapan dan di mana harus melakukan wawancara.Informasi
atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Oleh karena itu peneliti
jangan memberi pertanyaan yang bias.
1)
macam-macam interview/wawancara
Esterberg
dalam Sugiyono (2010:319)
mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu:
a) wawancara
terstruktur
b) wawancara
semiterstruktur
c) wawancara
takberstruktur
2)
langkah-langkah wawancara
Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2010:322), mengemukakan ada tujuh langkah dalam penggunaan
wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a) Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan
dilakukan
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
b) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan
c) Mengawali atau membuka alur wawancara
d) Melangsungkan alur wawancara
e) Mengkonfirmasikan ikhtisar hasil wawancara dan
mengakhirinya
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
f) Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan
g) Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
3) Jenis-jenis pertanyaan dalam wawancara
Patton dan Molleong dalam Sugiyono (2010:322) menggolongkan enam jenis pertanyaan yang saling berkaitan, yaitu:
a) Pertanyaan
yang berkaitan dengan pengalaman
b) Pertanyaan
yang berkaitan dengan pendapat
c) Pertanyaan
yang berkaitan dengan perasaan
d) Pertanyaan
tentang pengetahuan
e) Pertanyaan
yang berkenaan dengan indera
f) Pertanyaan
yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi
Selanjutnya Guba dan Lincoln dalam
Sugiyono (2010:324) mengkalsifikasikan jenis-jenis
pertanyaan untuk wawancara sebagai berikut:
a) Pertanyaan hipotesis.
a) Pertanyaan hipotesis.
b) Pertanyaan yang mempersoalkan sesuatu yang ideal
dan informan diminta untuk memberikan respon.
c) Pertanyaan yang menantang informan untuk memberikan
hipotesis alternatif
d) Pertanyaan interpretatif
d) Pertanyaan interpretatif
e) Pertanyaan yang memberikan saran
f) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
g) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu argumentasi
h) Pertanyaan untuk mendapatkan suatu alasan
i) Pertanyaan untuk mengungkap sumber
j) Pertanyaan yang mengungkapkan kepercayaan terhadap
sesuatu
k) Pertanyaan yang mengarahkan
Spradley dalam Sugiyono (2010:325) menggolongkan jenis-jenis pertanyaan menjadi tiga,
yaitu: pertanyaan deskriptif, pertanyaan struktural, dan pertanyaan kontras.
4) Alat-alat wawancara
Supaya hasil wawancara dapat terekam
dengan baik, diperlukan alat-alat sebagai berikut:
a) buku catatan
b) tape recorder
c) camera
5) Mencatat hasil wawancara
Hasil wawancara segera harus dicatat
setelah selesai melakukan wawancara agar tidak lupa atau bahkan hilang. Peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil
wawancara, dicatat dan dipilah mana data yang dianggap penting dan mana yang
dianggap tidak penting dan data yang sama dikelompokan.
c. Teknik Pengumpulan Data dengan Dokumen
Dalam hal dokumen Bogdan dalam
Sugiyono (2010:329) menyatakan “In most
tradition of qualitative research yhe phrase personal documnet is use broadly
to refer to any first person narrative produced by an individual which
discribes his or her own actions, experience, and belief”.
Hasil penelitian juga akan semakin
kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni
yang telah ada. Photograps provide
strikingly descriptive data are often used to understand the subjective and is
product frequently analyzed inductive.
d. Triangulasi
d. Triangulasi
Dalam pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik yang bersifat menggabungkan berbagai teknik yang ada.
Stainback dalam Sugiyono (2010:330) menyatakan
bahwa,”the aim is not to determine the
truth about some social phenomenon, rather the purpose of triangulation is to
increase one’s understanding of what ever is being investigated”. Tujuan
dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena,
tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah
ditemukan.
Selanjutnya Bogdan dalam Sugiyono (2010:330) menyatakan “what
the qualitative researcher is intersted in is not truth per se, but rather
perspective. Thus, rather than trying to determine the “truth” of people’s
perceptions, the purpose of corroboration is to help researchers increase their
understanding and the probability that their finding will be seen as credible
or worthy of concideration by others”.
Selanjutnya Mathinson dalam Sugiyono
(2010:332) mengemukakan bahwa “the value of
triangulation lies in providing evidence – whether convergent, inconsistent, or
contracditory”. Nilai dari praktek pengumpulan data dengan triangulasi
adalah untuk mengetahui data yang diperoleh convergent (meluas), tidak konsisten,
atau kontradiksi.
Oleh karena itu dengan menggunakan
teknik triangulasi dalam pemngumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih
konsisten, tuntas, dan pasti. Melalui triangulasi “can build on the strength of each type of data collection while
minimizing the weakness in any single approach” (Patton dalam Sugiyono 2010:332). Dengan
triangulasi akan lebih ditingkatkan kekuatan data, bila dibandingkan dengan
satu pendekatan.
BAB III
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan
diantaranya:
1)
Instrumen-instrumen yang diperlukan dalam pengumpulan
data antara lain, buku catatan, tape recorder, kamera, daftar pertanyaan dalam
wawancara dan lain-lain.
2) Teknik-teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif meliputi teknik observasi,
wawancara, dokumen, dan lain-lain yang masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan
3) Teknik
triangulasi dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan dan disarankan
penggunaannya karena akan melengkapi kelemahan dari masing-masing teknik
pengumpulan data yang ada.
b.
Saran
Pemahaman akan metodologi penelitian khususnya di bidang pendidikan
sangat diperlukan sekali, terutama bagi para pendidik. Dalam rangka mengangkat
martabat pendidikan maka kualitas menjadi jaminan dan hal ini bisa didapatkan
dengan penelitian. Supaya penelitaian dapat menghasilkan penelitian yang akurat
maka perlu menggunakan metode penelitian yang tepat.
Maka dari itu penulis mempunyai beberapa saran bagi para calon peneliti
khusunya para pendidik yaitu :
a. Perlunya pemahaman dan pengetahuan yang lebih mendalam
tentang metodologi penelitian pendidikan sebagai modal dasar bagi pengembangan
penelitian yang akan dilakukan.
b. Mendorong kepada para pendidik untuk lebih
mengembangkan penelitian dari fenomena pembelajaran yang terjadi dilapangan
khususnya dengan pendekatan metode kualitatif.
c. Pendekatan metode kualitatif bisa diterapkan untuk
pembuatan PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) dengan cara ini para pendidik dapat menghasilkan produk/hasil sebagai
acuan dan bisa dijadikan referensi dalam proses pembelajaran.
KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur kami
panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, yang telah memberikan berbagai kenikmatan
kepada hambanya. Tak lupa pula shalawat dan salam semoga terus dicurahkan
kepada Nabi kita Muhammad SAW yang telah membimbing kita menuju jalan
kebenaran. Akhirnya
Makalah Metodologi Penelitian Pendidikan dengan tema “
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data “bisa kami selesaikan tepat pada waktunya,
Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data adalah salah
satu prosedur dalam sebuah penelitian. Berbeda dengan metode kuantitatif, pada
metode kualitatif instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.
Sedangkan dalam teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi,
wawancara, dokumentasi dan triangulasi/gabungan. Dalam makalah ini akan di ulas
mengenai Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data dalam metode kualitatif.
Kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan laporan
ini kami ucapkan terima kasih , dan penulis tidak bisa
tuliskan satu persatu. Mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat khususnya
kepada penulis sendiri dan khalayak umum sebagai pelaksana dan pemerhati bidang
pendidikan baik disekolah maupun dimasyarakat umum. Kebenaran mutlak datangnya
dari Allah dan apabila ada kesalahan dan kekeliruan dalam penulisan laporan
munculnya dari penulis yang membutuhkan kritik dan saran yang membangun.
Garut, Maret
2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
|
i
|
DAFTAR ISI
|
ii
|
BAB I PENDAHULUAN
|
1
|
A. Latar Belakang Masalah
|
1
|
B. Rumusan Masalah
|
3
|
C. Tujuan Pembahasan
|
3
|
D. Manfaat. Hasil Pembahasan
|
4
|
BAB III
PEMBAHASAN
|
5
|
A. Komentar
|
5
|
|
|
|
|
B. Penilaian
|
7
|
BAB IV
PENUTUP
|
9
|
A. Kesimpulan
|
9
|
B. Saran
|
9
|
DAFTAR
PUSTAKA
|
iii
|
DAFTAR
PUSTAKA
Sugiyono.
(2010). PMentode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta.
MAKALAH
‘INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA’
Disampaikan Sebagai Tugas Pada Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Yang Diampu Oleh . Dr. H. Dody Hermana, M.Si
Oleh :
ASEP CAHYADIN, S.Pd
NIM : 11868005
ANGKATAN VI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
GARUT
2013
0 komentar:
Posting Komentar